Resume Pertemuan ke 20
St. Alkhoriyah
Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Selamat malam Bapak/Ibu guru hebat, pecinta literasi se-Nusantara yang sebentar lagi akan meluncurkan buku solo masing-masing.,malam ini saya Ibu Rosminiyati kembali membersamai Bapak/Ibu hebat dalam menikmati sajian materi yang akan disampaikan oleh Narasumber kita.
Sebagai salah satu syarat kelulusan dari Pelatihan Belajar Menulis adalah menerbitkan buku solo dengan minimal pengumpulan resume sebanyak 20 kali pertemuan, maka kegiatan malam ini adalah menggenapkan jumlah pertemuan tersebut bagi Bapak/Ibu yang menulis resume secara runtut.
Sekalipun kewajiban menulis resume hanya 20, namun materi pertemuan ke-21 s.d. 30 tidak kalah penting dan menarik untuk dipelajari sekaligus diramu dalam resume
Sebagai penulis,
tentunya kita ingin sekali jika buku kita bisa diterbitkan oleh Penerbit Mayor
dengan berbagai keunggulannya. Untuk itu, tentu saja kita harus mengetahui
seluk beluk atau kriteria agar buku kita bisa diterbitkan di Penerbit Mayor
tersebut.
Malam ini, Narasumber kita Bapak Edi S. Mulyanta, S.SI, M.T. akan membahas materi dengan topik Menguak Dapur Penerbit Mayor.
Jika kita sampai diajak masuk ke dapur, artinya kita adalah keluarga dekat yang tentu saja tidak ada rahasia tentang resep utama dalam jurus-jurus penerbitan buku di Penerbit Mayor ini.oleh karena itu, silakan simak baik-baik materi yang akan disampaikan oleh Narasumber agar dapat menjadi jalan bagi Bapak/Ibu sebagai penulis buku Penerbit Mayor.
Pasti akan sangat
diperhatikan dengan lahir dan batin
Baiklah Bapak Ibu
hebat se-Nusantara, seperti pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya, acara kita terdiri dari:
1. Pembukaan
2. Pemaparan materi
3. Tanya jawab
4. Penutup
Untuk sesi tanya jawab, pertanyaan bisa
disampaikan ke nomor HP 08127396949 (Rosniniyati) dengan format: nama, asal
kota/sekolah dan pertanyaan.
Untuk mengawali acara kita, marilah
kita mengucapkan lafaz basmalah.
Selanjutnya, agar belajar malam ini
diberikan kemudahan, kelancaran, dan kerberkahan, marilah kita berdoa sesuai
agama masing-masing. Berdoa dimulai. Aamiin.
Wah ...
sudah penasaran ya ingin Menguak Dapur Penerbit Mayor.
Mari kita
sapa dulu Narasumber kita yang luar biasa.
Waalaikumsalam semuanya Jawab Nara sumber
Selanjutnya, moderator menyerahkan ruang chat kelas Belajar Menulis ini seluas-lausnya kepada BapakNara sumber
Baik terimakasih bu Rosminiyati atas waktunya tak kenal maka tak sayang inilah saya
bisa juga melihat-lihat buku-buku digital yang sudah terbit di tempat kami di www.pbuandi.com
Nama nama bukunya masih banyak lagi yang terbit selama pandemi dalam bentuk digital.
Sudah hampir 20 tahun mengelola penerbitan buku, awalnya saya adalah penulis buku mandiri yang hidupnya full dari menulis buku. Kemudian dipercaya untuk mengelola penerbitan buku di Yogyakarta, 2 Tahun Pandemi sungguh merupakan masa terberat selama karier saya mengelola penerbitan buku,tahun 2019 merupakan tahun yang paling berat dalam dunia penerbitan buku, karena perubahan teknologi betul-betul seperti bayang-bayang kelam yang dapat melahap dunia penerbitan buku di Indonesia bahkan di dunia, ditambah serta diperparah lagi dengan pandemi Covid yang menambah luluh lantaknya industri penerbitan di Indonesia, beruntungnya sebelum pandemi, pemerintah telah mengeluarkan undang-undang perbukuan yang mencoba format baru digital untuk dapat dikembangkan di dunia perbukuan Indonesia.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Undang-undang no 3 th 2017 tentang sistem perbukuan, telah memberikan isyarat yang tegas akan hadirnya format media digital yang telah diberikan keleluasaan untuk secara bertahan menggantikan dunia cetak, dipertegas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no 22 yang keluar pada tahun 2022, telah memberikan petunjuk secara tegas untuk memberikan arah ke dunia digital di penerbitan.
Sebagai calon penulis harus memahami hal ini, karena atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan, hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.
Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH)
Penerbit seperti kami, tidak kekurangan naskah selama pandemi, dengan angka naskah masuk yang masih stabil. Akan tetapi angka penjualan yang turun hingga 90%, dimana toko buku sebagai outlet utama kami banyak yang tutup. Sekolah dan kampus sebagai sumber pendapatan kami juga melakukan proses belajar mengajar secara daring.
Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.Tidak semua tema buku, ternyata bisa digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap memertahankan lini bisnis bukunya. Titik balik (rebound) pasar buku yang lesu tampaknya sudah mulai terasa mulai awal tahun 2022 ini, sehingga beberapa penerbit yang terlanjur mengurangi produksi bukunya bisa tertinggal oleh penerbit yang masih konsisten memertahankan produksi bukunya.
Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema yang khas ternyata masih sangat baik di pasar. Nah para penerbit saat ini sedang gencar untuk tetap mempertahankan lini bisnis, yang memang telah teruji oleh perubahan jaman. Hal ini memang membutuhkan dana yang luar biasa besa untuk mencoba menggali lebih dalam pasar-pasar buku yang tidak tergoyahkan dengan perkembangan teknologi yang begitu gencar. Di dalam dunia Start-up dikenal dengan strategi bakar uang, nah di penerbit-penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru Merdeka Belajar, Bapak ibu tentunya mempunyai pengalaman tentang hal ini, bisa dicoba ditawarkan ke penerbit. Peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru.
Penerbit-penerbit mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu bapak-ibu perhitungkan jika mengusulkan usulan buku ke penerbit-penerbit tersebut.Toko buku saat ini sudah mulai kembali menggeliat, peluang terbit di lini toko buku memang cukup berbeda dengan lini sekolah maupun kampus.
Tema buku yang menjadi andalan Toko Buku saat ini adalah tema buku non teks, seperti buku Anak, Buku Motivasi dan Agama, Fiksi, hingga buku masak yang masih nangkrin di 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nulainya dalam sebuah proyek terbitan satu judul buku.
Konsep dasar pembiayaan dalam penerbitan buku, adalah penerbitnya yang membiayai. Nah karena banyak tulisan yang tidak sesuai dengan misi dan visi penerbit akhirnya tidak dapat terbit, karena banyaknya buku yang ditolak penerbit, akhirnya penerbit memberikan skema lain dalam penerbitannya. Misalnya dibiayai oleh penulisnya sendiri, baik melalui skema dana pribadi, CSR Perusahaan, Dana Penelitian Daerah, Dana Sekolah dll.
Skema penerbitan Indi, sempat marak saat pandemi, dengan pembiayaan dari penulis akhirnya sebuah naskah dapat diterbitkan., maraknya penerbitan indi ini ternyata memicu permasalahan yang lain yang belum pernah terjadi selama saya berkarier di dunia penerbitan yaitu menjadi langkanya nomor ISBN di perpustakaan nasional.
Geger ISBN pun menjadikan permasalah literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN pun tidak kuasa menerima energinya. Apakah benar begitu? ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya, saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya, mengapa bisa demikian, hal ini karena dipicunya keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata, tidak memikirkan apakah tulisan tersebut disebarluaskan ke masyarakat seperti amanat undang-undang perbukuan 2017.
Manfaat ISBN tersebut? ini saya ambil dari presentasi perpustakaan nasional tentang fungsi ISBN
Pemicu kelangkaan ISBN adalah nomor 5 tersebut, pada dasarnya bukan karena kesalahan ekosistem penerbitan, Saat ini konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-undang perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas di masyarakat.Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN Internasional.
Ini adalah struktur utama ISBN, pada publication element menunjukkan jumlah produksi buku yang telah diterbitkan untuk mengetahu jumlah rata-rata produksi buku sebuah penerbit, semoga dengan kebijakan ini, semangat menulis bapak-ibu masih tetap terjaga. Buku adalah sumber ilmu, yang memang harus disebarluaskan ke masyarakat untuk meningkatkan literasi di segala bidang.
Buku apa
yang dapat di tulis, sebaiknya mengikuti aturan pemerintah
yang paling baru.
1. Tulislah sesuai dengan kompetensi serta minat bapak ibu sekalian
2. Buku dengan
Omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama, karena pasarnya sangat besar
seluruh sekolah di Indonesia.
3. Buku ini
melalui proses seleksi dari pemerintah yang cukup ketat. Semua penerbit
mempunyai peluang yang sama, akan tetapi penerbit yang misi dan visinya di buku
pelajaran biasanya yang lebih siap.
4 Buku teks
pendamping atau modul biasanya mempunya pasar yang lebih kecil, akan tetapi
sangat fleksibel pola pemasarannya. Tidak mustahil buku ini juga mempunyai
omzet yang cukup besar juga disalurkan di proyek-proyek pemerintah.
5. Buku umum
pasarnya paling kecil, karena outlet utama adalah di toko buku baik toko buku
modern maupun tradisional.
6. Penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup banyak, atau disebut omni channel marketing sehingga selama pandemi bisa berkelit di saat yang sulit.
Penulis dapat mencoba menawarkan semua tipe tulisan supaya peluang terbitnya menjadi lebih besar. Saat ini pasar buku sudah mulai bangkit lagi, akan tetapi produksi buku sudah terlanjur melambat. Sehingga bulan-bulan ke depan, jumlah judul buku yang beredar di Indonesia akan mengalami penurunan akibat 2,5 tahun pandemi.
Ini kesempatan bagi bapak ibu untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntungannya.
Kesimpulan
Penerbit adalah lembaga yang mencari profit, dan mempunyai idealisme dalam menerbitkan bukunya sesuai dengan visi misinya. Penulis dapat mengikuti idealisme penerbit dalam menghasilkan buku yang akan dinikmati oleh pembacanya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.
Semoga dapat memberikan gambaran tentang dunia penerbitan di Pasca Pandemi yang cukup memporak porandakan lini bisnis penerbitan. Semoga pasar buku bisa kembali pulih, dan naskah bapak ibu sekalian akan menghiasi rak-rak toko buku kembal dan tas-tas sekolah anak didik kita...
Terkuak sudah dapur penerbit mayor. Namun, jika masih ada yang dirasakan perlu untuk ditanyakan, mari kita bahas dalam sesi
Di lanjut dengan tanya jawab.
P 1
Assalaamu'alaikum Pak, Yandri novita sari izin bertanya. Untuk lolos di
penerbit mayor apalagi penulis pemula yang nama nya tidak familiar sama sekali
tentu butuh usaha ekstra agar bisa lolos di penerbit mayor. Sebagai pemula
tentu yang dikejar pertama itu penerbit indie. Pertanyaan yandri: 1. Apa boleh,
misal kita menerbitkan buku solo lewat penerbit indie.. Trus nanti pengen buku
kita ada di penerbit andi, atau gramedia yang notabane nya mayor Apakah bisa
itu pak? 2. Untuk lolos di penerbit mayor (penerbit andi) misal yandri pengen
nulis berupa novel, nah untuk kriteria novel yang lolos di penerbit andi itu
yang bagaimana pak? Apa genre nya humor, romansa, magic, horor dan lainnya pak.
3. Apakah ada penulis pemula yang lolos dipenerbit andi tanpa menggandeng
penulis senior pak?
jawab
1. Pada
dasarnya sebuah terbitan hanya boleh di dalam satu penerbit saja. Karena hak
cipta ada di penulis, maka penulis dapat menerbitkan edisi selanjutnya ke penerbit
lain dengan mencabut hak terbit penerbit pertama disebut pula mengalihkan hak
terbit.
2. Novel
adalah genre yang laku di toko buku dan proyek pemerintah. Nah novel yang bisa
lolos di penerbit memang harus mempunyai tema yang kuat, ada unsur pendidikan,
lokalitas daerah juga menarik bu. Sebagai contoh Laskar Pelangi itu
mengangkat lokalitas daerah. Negeri Lima Menara mengangkat dunia
pesantren. dll.
Genre Humor -
contohnya tulisan-tulisan Raditya Dika, masih cukup menarik, hanya perlu riset
untuk menentukan tema baru apa untuk generasi digital saat ini.
3 Penulis
pemula mempunyai peluang yang besar untuk terbit jika memang unik materinya.
contoh buku ini ditulis oleh anak SMP.. cuku baik
pemasaran bukunya
Untuk menulis
solo memang butuh perjuangan yang lebih berat. Untuk mengatasi nama yang belum
dikenal, bapak ibu bisa meminta kata pengantar, atao comment untuk
mendongkrak pasar
Tentu comment
dan kata pengantar dari penulis senior, tokoh masyarakat, artis atau orang yang
dianggap ahli.
P 2 Bertanya
Bagaimana prosesnya daftar cetak buku dan pembiayaan bagaimana dan benefitnya
apa?
Ada dua konsep
yang berbeda, yang perlu bapak ibu ketahui dalam memproduksi buku. Mencetak
buku atau menerbitkan buku, keduanyaa mempunyai arti yang berbeda sekali.
Mencetak buku,
hanya akan memproduksi buku saja tanpa proses editing, setting, dan desain
cover. Karena hal ini dilakukan oleh penulis sendiri.
Menerbitkan buku, artinya menyerahkan naskah untuk diproses menjadi buku. Ada proses editing, setting perwajahan buku dalam, perwajahan buku luar (cover) dan back cover
Untuk naskah reguler, pembiayaan dilakukan oleh penerbitnya, dengan terlebih dahulu melakukan kajian bisnis sebuah buku apakah menguntungkan atau tidak.
Karena cukup ketatnya kajian
bisnis sebuah buku, sehingga banyak buku yang tidak mampu dijual oleh
penerbitnya, sehingga diputuskan untuk dikembalikan ke penulisnya
Resumenya lengkap dan rapi bunda 👍
BalasHapus